Yuk ikuti tes pengetahuan tentang Indonesia negara kita
Budaya Dayak adalah kebudayaan masyarakat suku Dayak, penduduk asli Pulau Kalimantan (terutama di Kalimantan Tengah, Timur, Barat, Selatan, dan Utara). Suku Dayak terdiri dari ratusan sub-suku (seperti Ngaju, Kenyah, Iban, Kayan, Benuaq, dan lainnya), yang meskipun berbeda-beda, memiliki kesamaan dalam adat, seni, dan cara hidup yang erat dengan alam.
Budaya Dayak dikenal sebagai budaya rimba yang kaya akan nilai spiritual, seni tradisional, serta hubungan yang kuat antara manusia dan alam semesta.
Sebelum masuknya agama besar seperti Kristen dan Islam, masyarakat Dayak menganut kepercayaan animisme yang disebut Kaharingan (khususnya di Kalimantan Tengah).
Kaharingan menghormati roh leluhur dan alam, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu memiliki jiwa.
Ritual besar seperti Tiwah (upacara kematian untuk memindahkan tulang leluhur ke tempat khusus) menunjukkan pentingnya hubungan dengan arwah.
Rumah adat Dayak disebut rumah betang, rumah panggung besar yang dihuni oleh banyak keluarga dari satu komunitas.
Rumah ini mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong, serta perlindungan dari binatang buas dan banjir.
Masyarakat Dayak sangat menghargai musyawarah dan keputusan bersama.
Mereka memiliki hukum adat (adat istiadat) yang mengatur kehidupan sehari-hari, termasuk penyelesaian konflik tanpa kekerasan melalui "lembaga adat".
Seni ukir Dayak dikenal dengan motif-motif geometris dan simbol-simbol alam dan roh, terutama pada perisai, tiang rumah, dan peralatan.
Tarian tradisional seperti Tari Hudoq, Tari Giring-Giring, dan Tari Kancet Ledo sering dipentaskan dalam upacara adat.
Musik tradisional dimainkan dengan alat seperti sape’ (alat petik mirip gitar), gendang, dan gong.
Suku Dayak terkenal dengan tradisi tato sebagai simbol status, keberanian, atau perjalanan spiritual.
Telinga panjang (dengan anting besar) pada orang tua adalah simbol kecantikan dan kebangsawanan, terutama pada perempuan Dayak zaman dahulu.
Pakaian adat terbuat dari kulit kayu (kulit pohon ampuro atau nyamu), dihiasi manik-manik warna-warni, bulu burung enggang, dan hiasan kepala.
Lawo dan Sapei Sapaq adalah pakaian tradisional pria dan wanita Dayak.
Budaya Dayak sangat erat dengan alam. Mereka hidup dari berladang, berburu, dan meramu.
Hutan dianggap sebagai rumah roh, tempat suci yang harus dijaga. Oleh karena itu, mereka punya banyak aturan adat untuk tidak sembarangan menebang atau merusak alam.
Ada banyak bahasa daerah yang digunakan oleh sub-suku Dayak. Bahasa ini masih digunakan dalam ritual adat dan kehidupan sehari-hari.
Cerita rakyat, legenda, dan pantun lisan (hadang) diwariskan secara turun-temurun, biasanya mengandung nilai moral dan ajaran hidup.
Seiring masuknya agama dan pendidikan modern, beberapa aspek budaya Dayak mulai berubah.
Namun, banyak komunitas Dayak kini aktif dalam pelestarian adat dan lingkungan, serta memperjuangkan hak atas tanah leluhur mereka.
Budaya Dayak adalah salah satu warisan budaya tertua dan paling unik di Indonesia, mencerminkan keharmonisan antara manusia, roh, dan alam.